Kajian antropologi terhadap kawasan pedesaan Jawa selama ini cenderung berfokus pada wilayah dataran rendah. Namun, dalam video kuliah Agung Wijaksono, dibahas topik yang relatif jarang diangkat, yaitu kawasan dataran tinggi melalui pembahasan buku Geger Tengger karya Robert Hefner. Buku ini tidak hanya mengulas perubahan ekonomi melalui pertanian, tetapi juga dinamika politik dan sosial masyarakat pegunungan, khususnya di kawasan Tengger.
Inisiatif Lokal dalam Revolusi Hijau Kawasan Pegunungan
Berbeda dengan wilayah dataran rendah yang bergantung pada intervensi negara seperti program revolusi hijau, masyarakat dataran tinggi Tengger menunjukkan inisiatif tinggi dalam pengelolaan pertanian. Sejak awal abad ke-20, mereka telah mengubah lingkungan alam menjadi kawasan budidaya intensif, menanam sayuran serta komoditas seperti kopi dan teh, dan menerapkan teknik pertanian modern seperti penggunaan bibit unggul dan pupuk kimia.
Menariknya, revolusi hijau di kawasan Tengger berlangsung lebih cepat dan agresif dibandingkan program yang dilakukan oleh negara. Namun, kemajuan ini membawa konsekuensi serius terhadap keseimbangan lingkungan.
Dampak Lingkungan: Erosi dan Degradasi Ekosistem
Eksploitasi lahan secara besar-besaran di pegunungan curam yang minim tutupan hutan menyebabkan erosi dan degradasi ekosistem secara signifikan. Bahkan pada masa pemerintahan kolonial, terdapat kebijakan pembatasan pembukaan lahan untuk mencegah kerusakan yang lebih lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan teknologi pertanian tanpa pengelolaan berkelanjutan dapat menimbulkan kerugian ekologis yang besar.
Perubahan Sosial: Munculnya Kelas dalam Masyarakat Egaliter
Perubahan material ini tidak hanya berdampak pada peningkatan produksi, tetapi juga membentuk struktur sosial baru. Masyarakat yang semula dikenal egaliter mulai mengalami diferensiasi sosial. Kesadaran akan perbedaan kelas muncul, seiring dengan terbentuknya kelompok yang menguasai produksi dan distribusi hasil pertanian. Ini membuktikan bahwa perubahan ekonomi tak bisa dilepaskan dari dampaknya terhadap relasi sosial dalam masyarakat desa.
Relevansi Geger Tengger bagi Diskursus Pembangunan Pedesaan
Buku Geger Tengger memberikan kontribusi penting dalam memperluas pemahaman mengenai dataran tinggi di Jawasebagai kawasan yang dinamis, inovatif, dan strategis dalam wacana pembangunan. Transformasi agroekosistem yang dipicu oleh inisiatif lokal tidak hanya meningkatkan produksi pertanian, tetapi juga membentuk ulang relasi sosialmasyarakat.
Dengan demikian, studi ini memperkaya diskursus tentang perubahan desa di Jawa dan menekankan pentingnya memahami konteks lokal dalam setiap kebijakan pembangunan pertanian.
Pelajari mengenai kehidupan desa dengan kelas di UGM Online Antropologi Pedesaan
Instruktur :
Dr. Agung Wicaksono, S.Ant., M.A. adalah dosen dan peneliti di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Ia memiliki kepakaran dalam bidang antropologi, studi kawasan (area studies), ekonomi politik, penghidupan perdesaan, dan perubahan agraria. Karya-karyanya mencerminkan minat yang mendalam terhadap dinamika sosial di pedesaan Jawa pasca Reformasi, khususnya terkait dengan ekspansi kelas menengah dan transformasi sistem penghidupan masyarakat desa.
Salah satu publikasi pentingnya, Post-1998 Changes in Rural Java: The Rapid Expansion of the Middle Class (2020), mengkaji perubahan struktur sosial di pedesaan Jawa pasca runtuhnya rezim Orde Baru. Ia juga menyoroti aspek teknis dan kontestasi ruang dalam risetnya tentang participatory mapping di komunitas Karen di dataran tinggi Thailand, yang dipublikasikan di BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan (2022). Kolaborasi internasionalnya terlihat dalam keterlibatannya dalam penelitian lintas disiplin menggunakan citra satelit, yang dipublikasikan dalam Scientific Reports(2023) dan telah banyak dikutip oleh akademisi lain.