Kritik Fran Husken terhadap Involusi Pertanian

Studi mengenai masyarakat desa di Jawa telah menjadi salah satu pilar penting dalam kajian antropologi dan sejarah sosial Indonesia. Salah satu karya yang paling dikenal adalah Involusi Pertanian oleh Clifford Geertz, yang memperkenalkan konsep share of poverty, yaitu situasi di mana peningkatan kerja tidak menghasilkan peningkatan pendapatan per kapita. Namun, pandangan ini mendapatkan kritik tajam dari Fran Husken melalui bukunya Masyarakat Desa dalam Perubahan Zaman, yang memberikan alternatif historis dan empiris terhadap narasi Geertz.

Dinamika Sosial yang Diabaikan: Kritik terhadap Pandangan Geertz

Fran Husken menolak anggapan bahwa masyarakat Jawa bersifat egaliter dan statis seperti yang diasumsikan oleh Geertz. Melalui studi etnografis dan sejarah panjang sejak abad ke-19 hingga tahun 1980, Husken menunjukkan bahwa telah terjadi diferensiasi sosial yang tajam di masyarakat desa. Struktur kelas dalam masyarakat Jawa terbagi menjadi tiga golongan utama:

  • Perangkat desa yang memiliki akses luas terhadap tanah dan tenaga kerja
  • Pemilik tanah (sikep)
  • Kaum tidak bertanah yang hidup sebagai buruh atau penyewa

Revolusi Hijau dan Penguatan Kelas Sosial di Desa

Pada masa Orde Baru, proyek pembangunanisme dan revolusi hijau justru memperkuat diferensiasi sosial ini. Program seperti penggunaan bibit unggul, intensifikasi, dan pupuk kimia memang bertujuan meningkatkan kesejahteraan, namun kenyataannya justru memberi keuntungan besar kepada kelas atas yang telah lama menguasai tanah dan sumber daya desa.

Fran Husken mencatat bahwa ketimpangan sosial semakin nyata karena kelas atas memanfaatkan kebijakan pembangunan untuk mengoptimalkan surplus produksi, sementara petani kecil tetap berada dalam margin keuntungan yang sempit.

Proses Pengkristalan Ketimpangan Sosial

Selama Orde Baru, ketimpangan yang sebelumnya sudah ada menjadi semakin mengeras. Husken menyebut ini sebagai proses pengkristalan, di mana struktur sosial yang timpang menjadi lebih terinstitusionalisasi. Ketimpangan ini tidak hanya terjadi dalam bidang ekonomi, tetapi juga merambah ke ranah politik melalui kebijakan political control and development. Pemerintah mendukung perangkat desa yang loyal sebagai perpanjangan tangan negara, memberi mereka berbagai keuntungan politik dan ekonomi.

Desa sebagai Arena Kompetisi Sosial dan Ekonomi

Berbeda dari pandangan Geertz yang menekankan kekakuan struktur sosial desa, Husken menegaskan bahwa masyarakat desa sangat dinamis dan adaptif. Mereka terus mencari cara untuk mengoptimalkan surplus melalui berbagai mekanisme, baik tradisional maupun modern. Hal ini menunjukkan bahwa desa bukanlah entitas yang stagnan, melainkan arena kompetisi sosial dan ekonomi yang kompleks.

Rekonstruksi Narasi Pedesaan Jawa

Kritik Fran Husken terhadap konsep involusi pertanian membuka wawasan baru dalam memahami sejarah dan dinamika sosial pedesaan Jawa. Dengan pendekatan historis dan empiris, Husken berhasil mengungkap bahwa ketimpangan sosial sudah ada jauh sebelum pembangunan modern dan justru diperkuat oleh kebijakan pembangunan negara. Kajian ini penting untuk merekonstruksi narasi tentang desa yang lebih akurat dan kontekstual dalam sejarah Indonesia.

Pelajari mengenai kehidupan desa dengan kelas di UGM Online Antropologi Pedesaan

Instruktur :

Dr. Agung Wicaksono, S.Ant., M.A. adalah dosen dan peneliti di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Ia memiliki kepakaran dalam bidang antropologi, studi kawasan (area studies), ekonomi politik, penghidupan perdesaan, dan perubahan agraria. Karya-karyanya mencerminkan minat yang mendalam terhadap dinamika sosial di pedesaan Jawa pasca Reformasi, khususnya terkait dengan ekspansi kelas menengah dan transformasi sistem penghidupan masyarakat desa.

Salah satu publikasi pentingnya, Post-1998 Changes in Rural Java: The Rapid Expansion of the Middle Class (2020), mengkaji perubahan struktur sosial di pedesaan Jawa pasca runtuhnya rezim Orde Baru. Ia juga menyoroti aspek teknis dan kontestasi ruang dalam risetnya tentang participatory mapping di komunitas Karen di dataran tinggi Thailand, yang dipublikasikan di BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan (2022). Kolaborasi internasionalnya terlihat dalam keterlibatannya dalam penelitian lintas disiplin menggunakan citra satelit, yang dipublikasikan dalam Scientific Reports(2023) dan telah banyak dikutip oleh akademisi lain.