Memahami Perubahan Iklim: Konsep Dasar, Penyebab, Dampak Global dan Dampaknya di Indonesia

Apa itu perubahan iklim? Bagaimana membedakannya dengan variabilitas iklim? Apa penyebabnya dan dampak yang sudah terjadi di Indonesia? Pelajari semuanya di artikel ini.

Perubahan iklim saat ini menjadi salah satu tantangan global paling serius yang dihadapi umat manusia. Dari bencana hidrometeorologi yang makin sering terjadi, musim tanam yang semakin sulit diprediksi, hingga kenaikan permukaan laut yang mengancam jutaan penduduk pesisir—dampak perubahan iklim nyata dirasakan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Namun, apa sebenarnya perubahan iklim itu? Bagaimana membedakannya dari variabilitas iklim alami? Apa saja penyebab dan dampak yang sudah mulai terlihat? Artikel ini mengulas konsep dasar perubahan iklim, penyebab alami dan manusiawi, serta dampak nyata yang sudah dialami Indonesia saat ini.

Apa Itu Perubahan Iklim?

Menurut definisi ilmiah, perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang pada statistik iklim Bumi—seperti suhu rata-rata, pola curah hujan, dan distribusi cuaca—yang terjadi selama beberapa dekade atau lebih. Ini berbeda dari variabilitas iklim yang hanya berlangsung sementara.

Perubahan iklim bukan sekadar peristiwa cuaca ekstrem sesaat, tetapi tren jangka panjang yang mengubah pola dasar iklim. Dalam konteks kebijakan modern, istilah ini terutama mengacu pada perubahan akibat aktivitas manusia yang meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, yang memicu pemanasan global.

Perubahan Iklim vs Variabilitas Iklim: Apa Bedanya?

Seringkali masyarakat keliru menghubungkan peristiwa cuaca ekstrem seperti badai atau banjir besar langsung dengan perubahan iklim. Penting untuk memahami perbedaan antara:

Variabilitas Iklim

  • Fluktuasi alami jangka pendek di sekitar rata-rata iklim.
  • Termasuk fenomena seperti El NiñoLa Niña, atau perubahan musiman.
  • Bersifat sementara dan akan kembali ke pola semula.

Perubahan Iklim

  • Perubahan tren iklim jangka panjang yang terjadi selama dekade atau abad.
  • Meningkatkan suhu rata-rata global.
  • Menggeser pola dasar iklim secara permanen atau semi-permanen.

Ilmuwan menggunakan analisis statistik jangka panjang untuk membedakan perubahan iklim dari sekadar variabilitas alami.

Penyebab Perubahan Iklim

Secara umum, penyebab perubahan iklim terbagi dua:

1. Faktor Alami

  • Variasi radiasi Matahari: siklus bintik Matahari yang memengaruhi output energi.
  • Letusan gunung berapi besar: aerosol vulkanik yang memantulkan sinar Matahari.
  • Perubahan orbit Bumi (siklus Milankovitch): pengaruh jangka ribuan hingga ratusan ribu tahun.

Namun, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa pemanasan cepat sejak abad ke-20 tidak bisa dijelaskan hanya oleh faktor alami.

2. Faktor Antropogenik (Akibat Aktivitas Manusia)

  • Emisi gas rumah kaca (GRK): seperti karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan dinitrogen oksida (N₂O).
  • Sumber utama:
    • Pembakaran bahan bakar fosil (minyak, batu bara, gas)
    • Deforestasi
    • Perubahan penggunaan lahan

Gas rumah kaca berlebihan memperkuat efek rumah kaca alami, sehingga lebih banyak panas terjebak di atmosfer, menyebabkan planet Bumi menghangat.

Panel Ahli IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) menyimpulkan bahwa perubahan iklim modern disebabkan terutama oleh aktivitas manusia.

Dampak Awal Perubahan Iklim: Fakta Global

1. Peningkatan Cuaca Ekstrem

  • Gelombang panas makin sering terjadi.
  • Hujan lebat menyebabkan banjir yang lebih parah.
  • Kekeringan dan kebakaran hutan meningkat.
  • Badai tropis menjadi lebih kuat karena suhu permukaan laut yang lebih hangat.

2. Pencairan Es dan Kenaikan Permukaan Laut

  • Gletser dan es Kutub mencair.
  • Permukaan laut global naik rata-rata ~20 cm sejak tahun 1900.
  • Banjir rob makin sering terjadi di kota-kota pesisir.

3. Pergeseran Pola Musim dan Gangguan Ekosistem

  • Musim tanam bergeser.
  • Spesies flora dan fauna bermigrasi ke tempat yang lebih sejuk.
  • Beberapa ekosistem seperti terumbu karang mengalami kerusakan akibat suhu laut yang meningkat.

Dampak Perubahan Iklim di Indonesia: Studi Kasus

Sebagai negara kepulauan tropis dengan ribuan pulau dan garis pantai yang panjang, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.

1. Perubahan Pola Musim Tanam

  • Petani kini sulit memprediksi awal musim hujan.
  • Anomali cuaca membuat kalender tanam menjadi tidak pasti.
  • Risiko gagal panen meningkat karena pola curah hujan tidak menentu.

2. Peningkatan Suhu Ekstrem

  • Hari-hari dengan suhu tinggi lebih sering terjadi.
  • Heat stress makin berbahaya bagi kesehatan, terutama di kota besar.
  • Produktivitas pertanian menurun karena suhu tinggi memengaruhi fase pertumbuhan tanaman.

3. Kenaikan Muka Laut dan Banjir Pesisir

  • Di pesisir utara Jawa, kenaikan muka laut ditambah penurunan tanah menyebabkan banjir rob yang makin parah.
  • Wilayah seperti Jakarta Utara, Semarang, dan Pekalongan sudah sering terendam banjir rob.
  • Intrusi air asin merusak lahan pertanian dan mengancam pasokan air bersih.

4. Bencana Hidrometeorologi Meningkat

  • Sekitar 90% bencana di Indonesia saat ini adalah bencana terkait iklim (banjir, longsor, kekeringan).
  • Frekuensinya meningkat dalam 40 tahun terakhir.
  • Membutuhkan adaptasi kebijakan yang lebih kuat di sektor bencana.

Mengapa Kita Harus Peduli ?

Perubahan iklim bukan hanya masalah lingkungan, tapi juga isu ekonomi, sosial, dan kesehatan:

  • Ketahanan pangan terancam akibat pola tanam yang tidak menentu.
  • Kesehatan masyarakat rentan karena cuaca ekstrem dan penyakit tropis yang makin menyebar.
  • Infrastruktur pesisir dan perkotaan terancam oleh kenaikan permukaan laut.
  • Ekonomi nasional terdampak oleh biaya adaptasi dan kerugian akibat bencana.

Langkah Indonesia dalam Menghadapi Perubahan Iklim

Pemerintah Indonesia telah menempatkan perubahan iklim sebagai prioritas pembangunan nasional, melalui berbagai kebijakan:

  • Rencana Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API).
  • Target pengurangan emisi melalui Nationally Determined Contributions (NDC).
  • Integrasi mitigasi dan adaptasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
  • Upaya restorasi ekosistem, reboisasi, dan penguatan ketahanan masyarakat.

Perubahan iklim bukan ancaman masa depan—ini adalah kenyataan yang sudah kita alami hari ini.

Bagi Indonesia, pemahaman yang kuat tentang konsep dasar perubahan iklim sangat penting agar seluruh lapisan masyarakat dapat:

  • Mendukung mitigasi dengan mengurangi emisi.
  • Meningkatkan adaptasi dalam menghadapi dampaknya.
  • Berperan aktif, dari skala individu hingga kebijakan nasional.

Dengan kolaborasi global dan kesadaran masyarakat, kita masih punya peluang untuk menjaga planet ini tetap layak huni bagi generasi mendatang.

Pelajari mengenai perubahan iklim dan bagaimana upaya menanganinya melalui kelas di UGM Online Climate Change (1): Konsep Dasar Perubahan Iklim

Instruktur :

Dr. Ir. Hatma Suryatmojo, S.Hut., M.Si., IPU, ASEAN Eng. adalah dosen dan peneliti senior di Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, dengan kepakaran di bidang ilmu kehutanan, pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), serta konservasi sumber daya hutan. Selama lebih dari dua dekade, beliau aktif mengembangkan berbagai kajian dan proyek ilmiah yang berfokus pada mitigasi bencana hidrometeorologis, manajemen sumber daya air, serta dampak perubahan tutupan lahan terhadap risiko lingkungan. Keilmuan beliau sangat relevan dalam menjawab tantangan perubahan iklim, terutama yang berkaitan dengan kelestarian ekosistem dan pengelolaan lanskap berkelanjutan.

Dr. Hatma aktif mengembangkan berbagai riset terapan terkait respons hidrologi dan konservasi DAS, sekaligus memimpin berbagai kajian tentang strategi pengurangan risiko bencana banjir, longsor, dan kekeringan yang terkait erat dengan perubahan iklim. Ia juga secara intensif terlibat dalam implementasi praktik Climate Smart Village (CSV) bersama kelompok masyarakat rentan, mendukung ketahanan pangan serta memperkuat kapasitas adaptasi masyarakat menghadapi tantangan perubahan iklim. Komitmen terhadap pengabdian masyarakat, transfer pengetahuan dan penerapan teknologi tepat guna menjadi kegiatan rutin yang sering dilakukan bersama tim kerjanya di tingkat lokal maupun nasional.

Referensi :

  • IPCC. (2023). Climate Change 2023: Synthesis Report.
  • IPCC. (2021). Climate Change 2021: The Physical Science Basis.
  • BMKG. (2023). Laporan Tahunan 2023: Cuaca dan Iklim Ekstrem di Indonesia.
  • Herawati, H. et al. (2020). Farmers’ vulnerability and adaptation strategies to climate change. Climate Risk Management, 30.
  • Marfai, M. A., & King, L. (2017). Coastal flood management in Semarang. Journal of Coastal Conservation, 22(5).
  • KLHK. (2022). Updated NDC Indonesia.
  • Bappenas. (2021). RAN-API.
  • National Geographic Society. (2021). Encyclopedia of Climate Change.
  • WMO. (2023). State of the Global Climate 2022.
  • Boer, R. et al. (2021). Climate variability and change: Impacts on agriculture and water in Indonesia. In Climate Change Adaptation in Indonesia. Springer.
  • FAO. (2020). Global Forest Resources Assessment 2020.
  • IPBES. (2019). Global Assessment Report on Biodiversity and Ecosystem Services.
  • UNFCCC. (2021). Glasgow Climate Pact (COP26 Outcomes).
  • WRI. (2021). Forest Pulse: The Latest on the World’s Forests.
  • Lindsey, R., & Dahlman, L. (2023). Climate Change: Global Temperature. NOAA.
  • Rahmstorf, S. (2022). Rising hazard of storm-surge flooding for coastal cities. PNAS, 119(16).
  • Fearnside, P. M. (2018). Deforestation of the Brazilian Amazon. Oxford Research Encyclopedia.
  • Rudiarto, I., & Marfai, M. A. (2020). Adaptation strategies to coastal flooding in Indonesia. Ocean & Coastal Management, 197.
  • IPCC. (2019). Special Report on the Ocean and Cryosphere in a Changing Climate (SROCC).
  • Measey, M. (2010). Indonesia: A Vulnerable Country in the Face of Climate Change. Global Majority E-Journal, 1(1).
  • Nicholls, R. J., & Cazenave, A. (2010). Sea-level rise and its impact on coastal zones. Science, 328(5985).
  • BMKG. (2023). Laporan Cuaca dan Iklim Ekstrem Juli 2023.
  • Harris, N. L. et al. (2021). Global maps of 21st-century forest carbon fluxes. Nature Climate Change, 11(3).
  • Pörtner, H.-O. et al. (2021). IPBES-IPCC workshop on biodiversity and climate change.
  • BNPB. (2021). Indonesia Disaster Data and Information (DIBI).
  • Lamb, W. F. et al. (2021). Trends and drivers of GHG emissions by sector. Environmental Research Letters, 16(7).
  • Wijaya, A. et al. (2017). Six years after moratorium: Deforestation rates in Indonesia. WRI.