Apa itu perubahan iklim dan variabilitas iklim? Bagaimana dampaknya di Indonesia? Pelajari pengertian, penyebab, perbedaannya, dan studi kasus nyata di artikel lengkap ini.
Apa Itu Perubahan Iklim dan Variabilitas Iklim?
Iklim merupakan rata-rata cuaca jangka panjang di suatu wilayah, biasanya dihitung berdasarkan periode 30 tahun. Namun iklim tidaklah statis; ia dapat berubah secara perlahan atau berfluktuasi dari tahun ke tahun. Inilah mengapa penting memahami perbedaan perubahan iklim dan variabilitas iklim.
Perubahan iklim mengacu pada pergeseran tren iklim jangka panjang, misalnya peningkatan suhu global atau pola curah hujan yang berubah secara permanen atau semi permanen, umumnya akibat pemanasan global. Sedangkan variabilitas iklim mengacu pada fluktuasi alami jangka pendek hingga menengah di sekitar kondisi rata-rata, misalnya fenomena El Niño, La Niña, Indian Ocean Dipole (IOD), atau variabilitas musiman dan dekadal.
Dalam konteks kebijakan, UNFCCC mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan yang disebabkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia, di luar variabilitas alami. Namun secara ilmiah, perubahan iklim mencakup semua perubahan jangka panjang, baik sebab alami maupun antropogenik, sementara variabilitas iklim adalah variasi jangka pendek-menengah yang sifatnya alami.
Penyebab Perubahan Iklim
Faktor Antropogenik
Faktor utama perubahan iklim saat ini adalah aktivitas manusia, khususnya emisi gas rumah kaca (GRK) dari pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan proses industri. Konsentrasi CO₂ di atmosfer telah meningkat lebih dari 47% sejak era pra-industri. IPCC menegaskan bahwa pengaruh manusia telah memanaskan atmosfer, lautan, dan daratan secara signifikan. Selain GRK, aerosol antropogenik juga memengaruhi iklim, namun dampaknya lokal dan sementara.
Faktor Alami
Perubahan alami seperti variasi energi Matahari, siklus orbit Bumi (Milankovitch), atau letusan gunung berapi besar memang dapat memengaruhi iklim, tetapi dalam skala waktu yang panjang atau dampak yang sementara. Tidak ada faktor alami yang dapat menjelaskan tren pemanasan global pesat dalam 70 tahun terakhir.
Penyebab Variabilitas Iklim
Variabilitas Internal
Dinamika internal sistem iklim, seperti El Niño–Southern Oscillation (ENSO), IOD, Pacific Decadal Oscillation (PDO), dan Madden-Julian Oscillation (MJO), menyebabkan fluktuasi iklim alami. Misalnya, El Niño membawa musim kemarau kering di Indonesia, sementara La Niña cenderung membawa musim hujan yang lebih basah.
Faktor Eksternal
Variasi siklus Matahari dan letusan vulkanik besar juga memicu variabilitas iklim tahunan. Contoh: letusan Pinatubo 1991 menyebabkan pendinginan global sementara 0,5°C.
Dampak Perubahan Iklim terhadap Lingkungan dan Masyarakat
Perubahan iklim modern berdampak luas, di antaranya:
- Peningkatan suhu global: suhu rata-rata global kini 1,1°C lebih tinggi dari era pra-industri.
- Perubahan pola curah hujan: siklus musim bergeser, menyulitkan sektor pertanian.
- Kenaikan permukaan laut: mengancam wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
- Kerusakan ekosistem: terumbu karang, flora-fauna, dan keanekaragaman hayati terancam.
- Peningkatan cuaca ekstrem: banjir, kekeringan, badai makin sering dan intens.
- Dampak ekonomi dan sosial: ketahanan pangan, kesehatan masyarakat, dan ekonomi terganggu.
Dampak Variabilitas Iklim terhadap Lingkungan dan Masyarakat
Variabilitas iklim juga membawa dampak signifikan setiap tahunnya:
- El Niño → kemarau panjang, kekeringan, gagal panen, kebakaran hutan.
- La Niña → hujan ekstrem, banjir, tanah longsor.
- IOD positif → memperparah kemarau; IOD negatif → hujan lebih lebat.
- Variabilitas musiman → memengaruhi pertanian, perikanan, infrastruktur, kesehatan masyarakat.
Variabilitas iklim dapat memperparah atau memperlemah efek perubahan iklim, sehingga adaptasi tahunan sangat penting.
Analisis Perubahan dan Variabilitas Iklim dalam Klimatologi
Ilmuwan menggunakan pendekatan yang berbeda untuk mempelajari perubahan iklim dan variabilitas:
- Perubahan iklim: dianalisis melalui tren data jangka panjang (puluhan hingga ratusan tahun), menggunakan model iklim untuk atribusi penyebab, dan pembaruan normal iklim setiap dekade.
- Variabilitas iklim: dianalisis menggunakan indeks iklim (ONI untuk ENSO, DMI untuk IOD), statistik fluktuasi tahunan, serta model dinamis untuk memahami interaksi laut-atmosfer.
Kolaborasi lembaga seperti IPCC, BMKG, dan universitas menghasilkan data, proyeksi, dan informasi yang akurat bagi pembuat kebijakan dan masyarakat.
Studi Kasus Dampak di Indonesia
Perubahan Pola Musim Tanam Padi
Perubahan pola hujan dan musim di Jawa menyebabkan pergeseran musim tanam padi. Mundurnya awal musim hujan memaksa petani menyesuaikan kalender tanam.
El Niño 2015
El Niño kuat 2015 menyebabkan kekeringan parah, gagal panen, dan kabut asap yang merugikan ekonomi Indonesia hingga ratusan triliun rupiah. Dampak ini mendorong kebijakan mitigasi dan adaptasi, seperti restorasi gambut.
Banjir Jakarta 2020
Banjir besar 2020 akibat hujan ekstrem dan La Niña lemah menunjukkan bagaimana variabilitas iklim dapat memperparah risiko banjir di wilayah perkotaan.
Pencairan Gletser Papua
Pencairan gletser Carstensz di Papua akibat pemanasan global menunjukkan dampak jangka panjang perubahan iklim, sekaligus memperlihatkan dampak variabilitas tahunan (El Niño) yang memperparah kekeringan di pedalaman Papua.
Perubahan iklim adalah tren jangka panjang yang mengubah dunia kita secara permanen. Variabilitas iklim adalah fluktuasi alami jangka pendek-menengah yang tetap penting dipahami. Dampak keduanya kini nyata di Indonesia. Masyarakat perlu meningkatkan literasi iklim, memahami perbedaannya, dan mengambil aksi mitigasi (mengurangi emisi GRK) serta adaptasi (menyesuaikan sistem pertanian, tata kelola air, dan infrastruktur).
Bagi pembelajar dan pembuat kebijakan, pemahaman ilmiah tentang perubahan dan variabilitas iklim adalah fondasi penting untuk membangun ketahanan masyarakat. Dengan pengetahuan yang tepat dan aksi nyata, kita dapat menghadapi tantangan iklim secara lebih siap dan bertanggung jawab demi keberlanjutan masa depan.
Pelajari mengenai perubahan iklim dan bagaimana upaya menanganinya melalui kelas di UGM Online Climate Change (1): Konsep Dasar Perubahan Iklim
Instruktur :
Dr. Ir. Hatma Suryatmojo, S.Hut., M.Si., IPU, ASEAN Eng. adalah dosen dan peneliti senior di Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, dengan kepakaran di bidang ilmu kehutanan, pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), serta konservasi sumber daya hutan. Selama lebih dari dua dekade, beliau aktif mengembangkan berbagai kajian dan proyek ilmiah yang berfokus pada mitigasi bencana hidrometeorologis, manajemen sumber daya air, serta dampak perubahan tutupan lahan terhadap risiko lingkungan. Keilmuan beliau sangat relevan dalam menjawab tantangan perubahan iklim, terutama yang berkaitan dengan kelestarian ekosistem dan pengelolaan lanskap berkelanjutan.
Dr. Hatma aktif mengembangkan berbagai riset terapan terkait respons hidrologi dan konservasi DAS, sekaligus memimpin berbagai kajian tentang strategi pengurangan risiko bencana banjir, longsor, dan kekeringan yang terkait erat dengan perubahan iklim. Ia juga secara intensif terlibat dalam implementasi praktik Climate Smart Village (CSV) bersama kelompok masyarakat rentan, mendukung ketahanan pangan serta memperkuat kapasitas adaptasi masyarakat menghadapi tantangan perubahan iklim. Komitmen terhadap pengabdian masyarakat, transfer pengetahuan dan penerapan teknologi tepat guna menjadi kegiatan rutin yang sering dilakukan bersama tim kerjanya di tingkat lokal maupun nasional.
Daftar Pustaka
Abram, N., et al. (2020). Indian Ocean Dipole variability over the past millennium. Nature, 580, 264–267.
BMKG. (2023). Analisis Laju Perubahan Curah Hujan Tahunan 1981–2023. Diakses dari https://bmkg.go.id/iklim/analisis-laju-perubahan-curah-hujan
Dwiratna, N. P. S., Nawawi, G., & Asdak, C. (2013). Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Perubahan Musim Tanam Padi di Kabupaten Gresik. Jurnal Produksi Tanaman, 6(9), 2030–2037.
Herlina, N., & Prasetyorini, A. (2020). Pengaruh Perubahan Iklim pada Musim Tanam dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Malang. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 25(1), 118–128.
IPCC. (2021). Climate Change 2021: The Physical Science Basis. Sixth Assessment Report of the IPCC (AR6 WGI).Cambridge University Press.
IPCC. (2022). Climate Change 2022: Impacts, Adaptation, and Vulnerability. Sixth Assessment Report of the IPCC.Cambridge University Press.
Kunarso, et al. (2022). Extreme Positive Indian Ocean Dipole in 2019 and Its Impact on Indonesia. Sustainability, 14(22), 15155.
NASA GISS. (2025). GISTEMP Surface Temperature Analysis (v4). Diakses dari https://data.giss.nasa.gov/gistemp/
Sopaheluwakan, A., et al. (2015). Klimatologi Indonesia. Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
WMO. (2023). El Niño/La Niña – WMO Topics. Diakses dari https://public.wmo.int/en/ElNiño-LaNiña
WMO. (2020). State of the Global Climate 2020. Geneva: WMO.
UNFCCC. (1992). UN Treaty Collection. Definisi perubahan iklim pada Pasal 1.
UPLAND Project – Kementan. (2023). Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Sektor Pertanian. Kementerian Pertanian RI.
Kompas – Arif, A. (2022, 7 Juli). Suhu di Indonesia Rata-rata Meningkat di Atas 0,3°C per Dekade. Harian Kompas.
CNBC Indonesia. (2019, 19 Juni). RI Siaga Fenomena Ekstrem, Kekeringan Parah 2015 Terulang?
Wikipedia. (2023). Climate variability and change; Indian Ocean Dipole; 1991 eruption of Mount Pinatubo.