Perubahan Makna Sebuah Kata

Perubahan Makna Sebuah Kata

Makna dalam bahasa merupakan entitas yang terus berubah, dari morfem hingga wacana. Bahasa tidaklah statis; makna kata-kata terus berkembang seiring waktu dan penggunaannya. Bahasa selalu terbuka untuk perubahan, termasuk dalam segi maknanya. Perubahan makna ini merupakan topik yang menarik dan kompleks di dalam studi bahasa.

Dalam lingkup semantik, perubahan makna ini menjadi bagian yang menarik untuk diteliti. Contohnya terlihat dalam bahasa Indonesia, di mana kata-kata telah mengalami perubahan makna seiring perkembangan waktu dan penggunaan.

Misalnya, kata “duga” yang dulunya memiliki arti “mengira” ternyata berasal dari kata “batu” dalam frasa “batu duga,” yang dulunya digunakan untuk memperkirakan kedalaman laut. Begitu pula dengan kata “mahasiswa” yang awalnya merujuk pada laki-laki yang kuliah, dan “mahasiswi” untuk perempuan yang kuliah. Namun, seiring waktu, definisi “mahasiswa” telah meluas untuk mencakup keduanya.

Perubahan makna juga dapat bersifat peyoratif, seperti perubahan makna kata “tabib” yang dulunya merujuk pada dokter, tetapi kini lebih merujuk kepada pengobatan yang tidak didasarkan pada ilmiah. Ada juga perubahan makna yang menyempit, seperti perubahan makna kata “saja” yang dulunya merujuk pada semua orang yang pandai, tetapi sekarang lebih spesifik untuk mereka yang lulus dari perguruan tinggi.

Bukan hanya dalam bahasa Indonesia, perubahan makna juga terjadi dalam bahasa Jawa, di mana kata “susu” awalnya merujuk pada sesuatu yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk kesaktian, tetapi sekarang juga merujuk pada alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam tubuh.

Perubahan makna ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor historis, sosial, dan pengaruh bahasa lain. Studi mengenai perubahan makna ini menjadi bagian penting dalam kajian semantik, membuka pintu untuk pemahaman lebih dalam tentang kompleksitas bahasa dan bagaimana makna dalam bahasa itu sendiri dapat berubah seiring dengan waktu dan konteksnya.

Perjalanan dari Peyorasi ke Meliorasi

Apakah Anda pernah merasa tertawa atau tersinggung oleh kata-kata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari? Ternyata, ada sebuah fenomena menarik di balik evolusi kata-kata yang mungkin tidak Anda sadari: dari peyoratif hingga melioratif. Mari kita telusuri lebih dalam.

Apa Itu Peyorasi?

Peyorasi adalah unsur bahasa yang digunakan untuk menyatakan penghinaan atau ketidaksukaan seseorang. Ini adalah cara seseorang menyampaikan pesan dengan nada yang merendahkan atau merendahkan. Misalnya, ketika seseorang menggunakan kata-kata yang kasar atau meremehkan untuk merujuk kepada orang lain, itu bisa dianggap sebagai penggunaan peyoratif.

Namun, apa yang menarik adalah bagaimana kata-kata ini bisa berubah seiring waktu.

Dari Peyoratif ke Melioratif: Perubahan Semantik yang Menarik

Fenomena menarik dalam linguistik adalah ketika kata-kata yang semula digunakan secara peyoratif berubah maknanya seiring waktu menjadi lebih netral atau bahkan positif. Ini dikenal sebagai meliorasi atau ameliorasi. Perubahan semantik seperti ini terjadi karena penggunaan yang berulang kali oleh masyarakat atau karena perubahan dalam konteks sosial.

Contoh paling jelas dari meliorasi adalah ketika sebuah kata peyoratif menjadi diterima secara luas dalam bahasa sehari-hari tanpa merujuk pada konotasi negatifnya yang asli. Misalnya, kata-kata yang dulunya dianggap kasar atau merendahkan seperti “cool” atau “awesome” kini digunakan untuk menyatakan sesuatu yang positif atau mengagumkan.

Kisah Perubahan Kata

Sejarah telah mencatat banyak contoh perubahan kata dari peyoratif menjadi melioratif. Sebagai contoh, kata “geek” dulunya merujuk kepada seseorang yang dianggap aneh atau canggung, tetapi sekarang sering digunakan untuk menyatakan seseorang yang memiliki minat dan pengetahuan mendalam dalam suatu bidang tertentu, seperti teknologi atau komputer.

Demikian pula, kata “nerd” dahulu digunakan untuk merendahkan seseorang yang terlalu fokus pada pelajaran atau hobi tertentu, tetapi sekarang sering digunakan dengan bangga untuk menyatakan ketertarikan dan keahlian yang tinggi dalam suatu subjek.

Pesan Moral

Perjalanan kata-kata dari peyoratif ke melioratif mengajarkan kita sebuah pelajaran berharga: bahwa pandangan dan penilaian kita terhadap sesuatu bisa berubah seiring waktu. Hal ini juga mengingatkan kita akan kekuatan dan peran yang dimainkan oleh bahasa dalam membentuk persepsi kita terhadap dunia.

Pelajari lebih lanjut Semantik dan Pragmatik melalui UGM Online. Kelas ini akan disampaikan oleh Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, M.A., seorang pakar di bidang Discourse analysis, Pragmatics, Sociolinguistics dari Universitas Gadjah Mada. Untuk mengikuti kelas Semantik dan Pragmatik, silahkan menggunakan tautan berikut : https://mooc.ugm.ac.id/courses/semantik-dan-pragmatik/